Untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS). Untuk itu, Tim PKRS Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melaksanakan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Jiwa, Kamis 10 Oktober 2024.
Bertempat di Ruang Tunggu Rekam Medik RSUD Sulbar, kegiatan ini menghadirkan narasumber yang ahli pada bidangnya, yaitu dokter spesialis kesehatan jiwa, dr. Otto Parandangi serta Psikolog yaitu A. Budhy Rakhmat (Psikolog Klinis).
Direktur RSUD Sulbar, dr. Marintani Erna Dochri, mengatakan kesehatan jiwa adalah aspek yang sangat fundamental dari kesehatan secara keseluruhan, namun seringkali kurang mendapatkan perhatian yang semestinya.
Olehnya, Ia menegaskan betapa pentingnya penyuluhan kesehatan jiwa dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mental masyarakat.
“Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, serta mengenali tanda-tanda gangguan jiwa sejak dini,” kata Marintani.
A. Budhy Rakhmat, dalam paparanya menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental. Ia menjelaskan, kesahatan mental adalah kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial individu.
“Ini mencakup kemampuan seseorang untuk mengelola stres, menjalin hubungan yang sehat, beradaptasi dengan perubahan kehidupan, serta merasakan, memahami, dan mengatasi emosi,” kata A. Budhy.
Contoh Gangguan Mental Health Depresi gangguan kecemasan, gangguan bipolar, gangguan kecanduan dan penyalahgunaan zat seperti alkohol dan narkotika, gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan bingeeating disorder. Gangguan Stres Post Traumatik (PTSD) gangguan kepribadian seperti borderline, antisosial, gangguan perkembangan anak, krisis psikologis seperti krisis kejiwaan atau pemikiran bunuh diri, gangguan kesehatan mental pada lansia : masalah kesehatan mental pada lansia, seperti demensia, depresi pada lansia, dan gangguan kecemasan.
“Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu faktor genetik, pengalaman traumatis stres dan tekanan hidup, isolasi sosial, ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya,” terangnya.
Ia juga menjelaskan tanda-tanda gangguan kesehatan mental. Gejala umum gangguan kesehatan mental adalah ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan atau perasaan bersalah yang menghantui, perubahan mood atau suasana hati yang drastic, tampak menarik diri dari teman dan lingkungan sosial, dan kelelahan yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
Sementara itu, dr. Otto Parandangi menyampaikan materi Mengenal Kesehatan Jiwa. Ia menjelaskan, berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
“Orang Dengan Masalah Kesehatan Jiwa (ODMK) yaitu gangguan cemas, depresi gangguan suasana perasaan, psikosomatik, gangguan tidur, gangguan prilaku, gangguan seksual, anak (adhd dan autisme). Stres yang terlalu berat atau berlangsung lama menimbulkan reaksi negatif dan keluhan pada seseorang,” kata Otto.
Reaksi fisik antara lain, yaitu jantung berdebar-debar, keringat berlebihan, tangan dan kaki terasa dingin, otot-otot tegang (tegang leher),gejala saraf (sakit kepala, pusing), gejala perut (mual, nyeri ulu hati, Frek BAB meningkat, kadang BAB encer, kadang BAB susah), nafsu makan berkurang atau makan berlebih sulit tidur dan tidur tidak nyenyak.
Masih kata Otto, gejala psikis yang mengarah ke gangguan fisik, yaitu berulang kali mengalami nyeri ulu hati dan tidak membaik dengan obat-obatan, nyeri kepala yang dialami terus menerus tanpa penyebab pasti setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, nyeri perut hilang timbul dan berpindah-pindah. Telah dilakukan pemeriksaan lengkap dan tidak ditemukan kelainan.
Adapun tahapan gangguan jiwa berat. Fase awal (prodromal gejala negatif : menarik diri, menghindari orang lain atau lebih suka menyendiri, mudah emosi dan sering konflik di tempat kerja, sulit berhubungan sosial (ketika ditanya biasanya hanya diam saja, terlihat seperti bingung), kurang mampu merawat diri (malas mandi).
Fase aktif : gejala positif halusinasi dan waham. Berbicara sendiri, marah jika ditegur, merusak barang-barang, berbicara tidak nyambung, emosi, berteriak, tidak mau makan, dan gejala lainnya.
Fase residual: gejala negatif. Menarik diri, tidak menjawab ketika ditanya, tidak berbicara, halusinasi yang berubah-ubah, tidak nyambung ketika ditanya, pandangan kosong, ketidakmampuan dalam berpikir.