Senin 15 September 2025, Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Gigi Nasional, Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Provinsi Sulawesi Barat menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dengan topik “Halitosis/ Malador/Bad Breath Bau Mulut”. Kegiatan ini dilaksanakan di depan Ruang Tunggu Rekam Medik dan diikuti oleh pengunjung rumah sakit dengan antusias.
Penyuluhan disampaikan oleh drg.Eben Ezer Lebang dokter spesialis Penyakit Mulut menyampaikan :
Definisi
Halitosis adalah istilah yg berasal dari kata Latin “halitus” (napas) dan Yunani “osis” (proses patologis), Halitosis adalah bau busuk yang berasal dari rongga mulut yg melibatlkan proteolysis, produk metabolisme sel deskuamasi dan pembusukan bakteri. (Marita et al., 2001)., Gas yg menyebabkan bau mulut adalah senyawa sulphur volatile (VSC). (Lewis M.A.O., et.al., 2014).
Klasifikasi
I. Halitosis asli(Genuine Halitosis): (Ghom A.G., 2010)
1. Halitosis fisiologis : bau mulut saat pagi hari, puasa/ kelaparan merokok, makanan, obat-obatan.
2. Halitosis patologis : Intra oral dan extra oral.
II. Halitosis delusi/ pseudo halitosis/Halitophobia (Lewis M.A.O., et.al., 2014)
Pasien mengeluh bau mulut yg tidak dirasakan orang lain & dokter.
Etiologi & Patogenesis
- Pola hidup: diet, puasa, minum alcohol, merokok (Scully C., 2010)
- Intra Oral (80% -85%):
– Oral hygieneburuk (kebersihan gigi, lidah, gigi tiruan, kawat gigi)
– Kondisi gigi : karies, sisa akar, kalkulus.
Jaringan lunak : ulcer, gingivitis, periodontitis, pericoronitis, abses, malignancy.
– Hyposalivation : obat-obatan, chemotherapy, radiotherapy, Sjogren syndrome.
– Bone diseases :dry socket, osteomyelitis, osteonecrosis, malignancy.
3. Extra Oral : (Lewis M.A.O., Jordan R.C.K., 2014; Scully C., 1999)
Sistem pernapasan : sinusitis, cleft palate, nasal malignancy, tonsilitis, pharyngeal malignancy, infeksi paru, lung malignancy. Sistem gastrointestinal : GERD, malignancy, dsb., Gangguan metabolik : ketosis diabetikum (bau asetone), gagal ginjal (bau urine), sirosis hati (bau tinja), Obat-obatan : amphetamine, chloral hydrate, agen sitotoksik, dimethyl sulphoxide, disulfiram, nitrates dan nitrites, phenothiazines dan Faktor psikologis.
Diagnosis
1. Pemeriksaan Subjektif (anamnesis) : (Lockhart P.B., 2013)
– Keluhan utama
– Riwayat Kesehatan (Kesehatan gigi dan Kesehatan umum)
– Pola hidup : diet, merokok, minum alcohol.
2. Pemeriksaan objektif (fisik):
1. Extra oral :wajah. Leher, kelenjar getah bening.
2. Intra oral : oral hygiene, gigi, jaringan lunak, saliva.
3. Uji Organoleptic: (Lockhart P.B., 2013)
Organoleptic Score (0-5) By Rosenberg :
0: tidak terdeteksi, 1: Bau hamper tidak tercium, 2: Bau samar namun nyata, 3: Bau sedang, 4: Bau menyengat, 5: Bau sangat menyengat.
4. Tes Halimeter :
Prosedur untuk mengukur kadar senyawa sulphur volatile (VSC) dalam napas pasien.(Lewis M.A.O., et.al., 2014)
5. Oral Chroma Test (Scully C., 1999)
Alat diagnostic menggunakan teknologi kromatografi gas untuk memisahkan & mengukur konsentrasi tiga jenis senyawa VSC (hydrogen sulphide (H2S), methyl mercaptan (CH3SH), dimethyl sulphide (CH3)2S ) dalam hembusan napas pasien
6. Pemeriksaan Mikrobiologis (Scully C., 1999,)
Uji BANA (Benzoyl Arginine Naphthylamide untuk mengukur aktivitas enzim pada bakteri anaerob gram negative tertentu penyebab bau mulut.
. 7. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan radiologi
Terapi
Atasi penyebab halitosis,Penggunaan pasta gigi yg mengandung triclosant, Penggunaan obat kumur (chlorhexidine, cetylpyridinium, chlorine dioxide,natrium bicarbonate, hydrogen peroksida, natrium perborate), Penyegar napas (semprotan penyegar, perment mint, permen karet)., Pseudohalitosis/ Halitophobia rujuk ke psikolog untuk psikoterapi/konseling, atau ke psikiater untuk kemungkinan gangguan obsesif kompulsif. (Lockhart P.B., 2013)
Direktur RSUD Provinsi Sulbar menyampaikan bahwa edukasi kesehatan seperti ini sejalan dengan Misi ke-3 Gubernur Sulawesi Barat, yaitu membangun Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Berkarakter. “Kesehatan gigi dan mulut, termasuk pencegahan bau mulut, merupakan hal penting agar masyarakat dapat tampil percaya diri, sehat, dan produktif. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas SDM yang kita bangun bersama,” ujarnya.
Melalui momentum Hari Kesehatan Gigi Nasional, RSUD Provinsi Sulbar berkomitmen terus meningkatkan literasi kesehatan masyarakat agar kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin tinggi. Dengan begitu, tercipta generasi sehat yang mampu mendukung pembangunan daerah dan mewujudkan Sulawesi Barat yang lebih maju.